Kabupaten Bogor, Pasundan Raya – Buntut video viral yang memperlihatkan Kepala Desa Gunung Menyan tertawa lepas sambil menenteng nasi bungkus, Wiwin Komalasari akhirnya memberikan klarifikasi melalui akun TikToknya.
Bogor, 24 Februari 2025 – Sebuah video yang menunjukkan Kepala Desa Gunung Menyan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Wiwin Komalasari, sedang tertawa riang sambil membawa nasi bungkus usai acara penyambutan Bupati dan Wakil Bupati Bogor, Rudy Susmanto dan Jaro Ade, viral di media sosial. Dalam video tersebut, Wiwin tampak menikmati momen tersebut dan bercanda dengan kepala desa lainnya yang membawa bingkisan putih. Hal ini memicu beragam reaksi warganet.
Dalam video yang beredar, Wiwin terlihat sumringah sambil menunjukkan nasi bungkus yang ia bawa dan berinteraksi dengan rekan-rekannya. “Ibu bawa jomet yah? Mana jomet-nya? Geli ya? Ada yang teriak, ketemu Kades viral. Kades viral ini bawa jomet,” ujar Wiwin sambil tertawa.
Video ini langsung mendapatkan perhatian netizen, yang memberikan berbagai komentar dan reaksi. Sejumlah warganet menganggap kata-kata yang diucapkan Wiwin terkesan menghina, sementara yang lainnya menganggap hal itu sebagai bentuk candaan biasa. Menyusul viralnya video tersebut, Wiwin merasa perlu memberikan klarifikasi untuk menghindari kesalahpahaman.
Melalui akun TikTok pribadinya, @ratuwk1414, Wiwin menjelaskan bahwa niatnya sama sekali tidak untuk menghina siapa pun. Ia mengungkapkan bahwa momen tersebut hanyalah untuk bersenang-senang dengan sesama kepala desa. “Sebetulnya kita tidak ada niatan untuk menghina, melainkan seru-seruan. Kita dapat makan di besek, kita tidak makan di sana, melainkan dibawa atau ditenteng. Nah, kita seru-seruan, seneng,” kata Wiwin dalam klarifikasinya.
Wiwin juga menjelaskan arti kata “geli” yang diucapkannya dalam video. Menurutnya, “geli” dalam bahasa Sunda berarti lucu, bukan jijik. “Di situ ada kata geli, geli itu bukan jijik melainkan lucu. Saya sendiri orang Sunda, jadi berbicaranya ‘ih lucu ya kita seru-seruan bawa tentengan berkat ini’ karena kita mau makan bareng-bareng di parkiran,” jelasnya.
Selain itu, Wiwin mengungkapkan bahwa istilah “jomet” yang ia sebutkan sebenarnya adalah singkatan dari “kejo saeumet” dalam bahasa Sunda, yang berarti nasi dalam bentuk bingkisan. “Jomet itu kejo saeumet, di parkiran loh kita makan, bukan untuk niatan menghina, di sana kita juga ada bercanda,” tegas Wiwin.
Dengan penjelasan tersebut, Wiwin berharap masyarakat dapat lebih memahami konteks percakapan dalam video tersebut, yang sebenarnya lebih berfokus pada kebersamaan dan kegembiraan dalam acara tersebut, tanpa adanya niat buruk atau penghinaan terhadap siapapun. (Hilman)