Home / Artikel Publik

Senin, 17 Februari 2025 - 17:23 WIB

EFESIENSI ANGGARAN JELAS MENINDAS RAKYAT

Presiden Prabowo Subianto menerbitkan Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efesiensi Belanja Dalam pelaksanaan APBN dan APBD Tahun 2025. Prabowo menargetkan efesiensi anggaran kementerian dan lembaga pada Tahun 2025 dapat membuat negara hemat hingga Rp 306,69 Triliun. Efesiensi anggaran ini membawa dampak yang luar biasa terutama pada sektor pendidikan, seperti anggaran kementerian pendidikan dasar dan menengah (kemendikdasmen) terkena pangkasan sekitar Rp 8 Triliun, dan juga dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiksaintek) dipangkas hingga Rp 14 Triliun. Efesiensi anggaran ini dilakukan untuk menunjang program Prabowo Subianto yaitu Makan siang gratis, Prabowo Subianto terlalu fokus dengan program nya tapi melupakan kesejahteraan rakyat nya padahal sudah jelas hanya ada dua perintah untuk Presiden dalam konstitusi yaitu cerdaskan anak Bangsa dan pelihara fakir miskin artinya tingkatkan IQ Nasional dan jaga daya beli, padahal untuk mewujudkan masyarakat sejahtera maka pendidikan menjadi hal yang paling fundamental untuk menuju itu karena dengan pendidikan ialah cara terbaik untuk mengembangkan sumber daya manusia dan mencetak generasi bangsa yang mampu bersaing di era globalisasi ini. Namun dengan adanya efesiensi anggaran ini yang membawa dampak terhadap sektor pendidikan di antaranya adalah:
1. Pemecatan Guru honorer secara masal
2. Sulitnya akses pendidikan di daerah
3. Lebih dari 70% penerima KIP-K terancam tidak dibayarkan
4. UKT terancam akan mengalami kenaikan
5. Terbatasnya proposal penelitian yang akan mendapatkan pendanaan
Dari dampak yang terjadi atas efesiensi anggaran ini yang seharusnya pendidikan adalah hak bagi masyarakat Indonesia semakin dipatahkan, karena disaat tidak ada efisiensi anggaran pun masih banyak masyarakat yang sulit untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, maka dampak yang akan terjadi adalah makin minimnya masyarakat yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena mahalnya biaya pendidikan dan minimnya beasiswa dari pemerintah, Hari ini di tangan pemerintah cita besar negara yaitu mencerdaskan anak bangsa dan mewujudkan masyarakat yang sejahtera, penuh cinta dan kasih tidak lebih dari tong kosong nyaring bunyi nya, negara ini sudah pindah haluan dari “mencerdaskan kehidupan bangsa” menjadi “langgengkan kebodohan rakyat”, jangan mau dipaksa bodoh. Jangan pernah ragu untuk berserikat dan melawan pemerintah yang semena-mena. Ada suara kita disana, ada pajak kita disana, ada nasib kita disana. Kita berhak atas keadilan, kita berhak atas kecerdasan.

Ditulis oleh : Ripan
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pakuan

Share :